Uber, Go-Jek & Keniscayaan Era Digital
Demo para supir taksi konvensional I Sumber foto: www.merdeka(dot)com
Oleh:
Zaky Al Hamzah
Writerpreneur
& Praktisi Bisnis Online
Twiter:
@zakyhiromasa I Email: optimasizaky@gmail.com
Perseteruan Uber,
GrabCar (GrabTaxi) dengan perusahaan taksi konvensional semakin membuktikan
bahwa Era DIGITAL sudah memasuki kehidupan semua orang. Sebelumnya, perseteruan
di era digital terjadi antara tukang ojek pangkalan versus Go-Jek dan GrabBike.
Diakui atau tidak,
sejak perusahaan e-commerce
meramaikan transaksi jual-beli, sejak itulah perseteruan antara perusahaan
berbasis digital dengan pusat perbelanjaan (mal) dan pengembang rumah toko
(ruko) sudah berlangsung. Sejumlah pengembang ruko mengalihkan investasinya di sektor
perumahan, karena sejak 2014 sejumlah ruko mulai sepi pembeli. Konsumen memilih
memesan barang yang diinginkan via toko online atau e-commerce.
Meme demo taksi Blue Bird :D
Ya. Diakui atau tidak,
kini Indonesia sudah memasuki era digital yang massif. Namun, pesatnya kemajuan
era digital belum disadari bahkan dimanfaatkan semua elemen masyarakat. Masih
ingat bagaimana telepon rumah dilindas Warung Telepon (Wartel). Wartel ditemui
hampir di setiap gang perkampungan.
Wartel kemudian dilibas Handphone (HP). HP digeser perannya
dengan Feature Phone. Belum semua
masyarakat memakai HP dan Feature Phone,
sudah muncul produk Smart Phone
(telepon pintar). Toh, tak semua
fitur-fitur pada Smart Phone bisa
dimanfaatkan secara optimal oleh penggunanya. Sebagian besar dari mereka
mengikuti trend, tapi masih gagap
mengaplikasian fitur-fitur canggih pada Smart
Phone.
Masyarakat bisa
mengakses info-info terkini via Smart
Phone sehingga peran media cetak (koran, tabloid dan majalah) bergeser. Menikmati
hiburan atau film-film terbaru bisa diakses dari home theatre maupun berlangganan Netflix tanpa mengantre panjang di bioskop. Industri tour and travel harus menutup sebagian
gerainya ketika konsumen bisa memesan tiket pesawat, KA, kapal laut dan hotel dengan
hanya menyentuh Smart Phone atau
tablet mereka.
Meme supir Blue Bird versus supir Go-Jek :D
Ketika industri e-commerce sudah menggeliat dengan
transaksi hingga triliunan rupiah, pemerintah baru tanggap menyusun aturan main
terkait kepastian hukum, investasi hingga pajak. Hal serupa terjadi saat pemerintah
gagap mengatasi konflik horizontal antara ojek pangkalan versus Gojek dan GrabBike.
Kini, pemerintah uber-uberan (baca: berkejaran)
menyusun regulasi saat Uber dan GrabCar/GrabTaxi bersitegang dengan angkutan
umum (taksi, angkot dan bajaj).
Bukan hanya di
Indonesia. Kegagapan menyelami pesatnya era digital juga dirasakan CEO Nokia, Jorma Ollila ketika Nokia resmi mengundurkan diri dari
panggung bisnis gadget dan
telekomunikasi. "Nokia tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, hingga
saat ini kami masih termenung dan mencari alasan mengapa kami kalah." BlackBerry sudah limbung lebih dahulu.
Fenomena di atas ternyata
masih relevan dengan analisis sosiolog dan futurolog Alvin Toffler melalui bukunya, “Future
Shock: Third Wave” yang terbit tahun 1980. Toffler menyatakan bahwa
perubahan teknologi sejak abad kedelapan belas telah terjadi sangat cepat
sehingga banyak orang yang mengalami stres berlebihan dan kebingungan karena
ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan
strategis.
Itulah inovasi. Di
penjuru dunia, inovasi melampuai aturan. Pakar teknologi Vivek Wahdwa menulis: “Bahan utama inovasi adalah kemampuan untuk
menantang otoritas dan melanggar aturan.” Potret tumbuhnya industri baru era
digital ini direkam oleh Bank Dunia dalam laporan panjangnya berjudul “Digital Dividends, World Development Report
2016”.
Maka, pesan penulis
kepada semua pelaku industri yang belum atau sudah mulai terimbas tren digital
adalah; ”Saatnya masuk dan bertarunglah dengan memanfaatkan layanan berbasis
aplikasi. Di era digital, konsumen menyukai layanan digital yang memudahkan
hidupnya. Perusahaan atau produsen harus memahami perilaku konsumen digital ini
jika ingin bertahan di era digital.” ***
Artikel ini juga tayang di portal media 'Netralitas' >> http://bit.ly/1UAlZeK
Komentar
Posting Komentar