Pelayan Jamaah Haji Tanpa Kenal Lelah

(In memoriam: Lukmanul Hakim Yakub (kiri), driver MCH Madinah 2014)

Tayang di Republika: 14 Oktober 2014
Oleh: Zaky Al Hamzah (Jurnalis Republika 2004-2015)

"Merana dalam penantian menyambut terlelapnya kelopak matakoe— at Di Kamar Tidurku."

 Itu salah satu pesan terakhir yang dibuat sahabat baruku, Lukmanul Hakim Yakub, pada Pukul 02.50 dini hari waktu arab saudi (WAS), Sabtu (11/10) di sebuah media sosial (FB, red). Ya, saya baru mengenal Lukmanul secara akrab saat pelaksanaan rangkaian puncak ibadah haji dari Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan mabit serta lontar jumrah di Mina (Armina). Dia adalah driver mobil operasional wartawan Media Center Haji (MCH) Madinah.

Sedangkan, saya bertugas meliput pelaksanaan haji bersama Tim MCH Jeddah. Sehingga, interaksi saya secara personal dengan Lukmanul, sangat jarang sekali. Pertemuan pertama kami adalah pekan kedua September 2014 di Kantor Teknis Urusan Haji (TUH) Kemenag RI, Jeddah. Saat itu, saya belum mengenal sosok Lukmanul secara akrab, hanya tahu kalau dia adalah driver mobil Tim MCH Madinah. Setelah pertemuan itu, dia dan Tim MCH Madinah kembali ke Madinah, untuk melanjutkan tugas peliputan. Saya pun disibukkan meliput aktivitas jamaah haji di Bandara Internasional King Abdul Aziz (Jeddah), Kantor TUH maupun sekitar Kota Jeddah.

Dua pekan lebih kami tak bersua. Hingga kemudian, saya dan Tim MCH Jeddah mulai ditugaskan ke Makkah untuk persiapan peliputan rangkaian puncak ibadah haji di Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina). Tepatnya, pada Senin (29/9) sore, saya bertemu kembali dengan Lukmanul di kamar 506, tempat menetap sementara teman-teman wartawan MCH Madinah. Tim MCH Jeddah dan Tim MCH Madinah berada satu hotel, Hotel Manasik Mina, Makkah.

Sore itu juga, saya utarakan ingin shalat berjamaah kali pertama di Masjidil Haram. Lukmanul mengiyakan mau mengantar saya, karena kebetulan dia hendak ke rumahnya di Makkah yang satu arah dengan tujuan ke Masjidil Haram. Saya diantar ba'da Maghrib, namun karena beberapa jalur menuju Masjidil Haram sudah dialihkan menjelang ibadah Wukuf di Arafah, pada Jumat (3/10), maka mobil yang disupiri Lukmanul ini tak bisa melanjutkan masuk Terowongan Aziziah --agar lebih dekat ke ekskalator menuju pelataran Masjidil Haram. Mobil yang kami naiki berdua sempat digebrak oleh salah satu askar (petugas keamanan), agar mobil memutar balik ke arah dalam Kota Makkah. Kisah Lukmanul mengantarkan saya di jalur dekat depan terowongan tersebut saya tuangkan dalam tulisan 'Kabar dari Tanah Suci' Jurnal Haji Republika berjudul "Bahagia Bisa Shalat Berjamaah di Masjidil Haram".


Beberapa jam sebelum keberangkatan ke Padang Arafah, Kamis (2/10) siang, sosok kelahiran Madura, Jawa Timur ini juga terlihat 'sangat sibuk' memastikan kondisi semua wartawan dari tiga MCH (MCH Makkah, MCH Madinah, MCH Jeddah) dalam keadaan siap bertugas beribadah dan bertugas meliput jamaah haji di Arafah. Ketika semua wartawan --sebanyak 20 orang dari 16 media-- sudah duduk di kursi di dalam bus mini yang mengantarkan ke Arafah malam itu, Lukmanul mengambil posisi di kursi dekat pintu samping bus. Dia memastikan semua rekan-rekan wartawan dalam keadaan siap. Alhamdulillah, perjalanan ke Arafah lancar dan semua wartawan tiba di tenda maktab di Arafah.

Pada pagi keesokan harinya atau Jumat (3/10) pagi, saya menyibukkan diri mengambil foto-foro tenda maktab, mengelilingi beberapa tenda dan berbincang dengan sejumlah jamaah haji Indonesia. Hingga waktunya kami semua --20 wartawan dan 168 ribu jamaah haji Indonesia-- mengikuti Khutbah Wukuf.

Dua jam setelah Khutbah Wukuf, kami wartawan MCH tenggelam dalam kekhusyukan berdoa, termasuk Lukmanul Hakim Yakub, di dalam tenda MCH tiga MCH (Madinah, Makkah dan Jeddah). Posisi duduk Lukmanul persis disamping saya. Selang beberapa menit, dia menelpon ibunya yang berada di Madura (Jatim). Memastikan kalau dia sedang Wukuf dan sedang mendoakan ibunya.
Sayup-sayup saya mendengar dia menangis senang saat ibunya berbicara. Seakan diingatkan, saya  tersentak, kalau belum menelepon kedua orang tua saya. Saya pun keluar tenda dan menelepon ibu (Wiwiek Lestari) dan ayah saya (Moch Soeroto) serta istri, Ardini Adhiati Kusuma. Saya minta kedua orang tua saya berdoa sedangkan saya hanya mengaminkan. Pun demikian dengan istri. Terima kasih, kang Lukmanul, mengingatkan saya mengontak kedua ortu saya dan istri saya.

Setelah berdoa dan saat sedang makan siang, Lukmanul pun berucap: "Anak dan istriku makan apa ya di Jabal Rahmah?". Saya kaget kalau keluarga Lukmanul ikut Wukuf di lereng Jabal Rahmah. Dalam hati, saya berdoa agar keluarga Lukmanul baik-baik saja, karena Lukmanul sedang menjalankan tugas mulia. Melayani jamaah haji dan 20 wartawan.

Sehari setelah Wukuf, Sabtu (4/10) siang, saya menemani Lukmanul bertugas ke Posko Satgas Mina. Kami berjalan kaki dari Kantor Misi Haji Indonesia ke Posko Satgas Mina sejauh lima kilometer (km). Saat tiba di jalur keluar jamaah haji Indonesia di lokasi lontar jumrah (jamarat) di Mina, saya dan Lukmanul bergantian menolong jamaah haji yang kelelahan, dari sekadar menyapa, memberikan air minum kemasan, serta memberikan semangat agar jamaah tetap semangat beribadah. Saat kami masuk Terowongan Muasim I yang ada eskalator berjalan, kami terus mencari jamaah haji yang membutuhkan pertolongan. Kami akhirnya menemukan jamaah haji dari Sulawesi Selatan bernama Asiyah, yang tampak kelelahan dan tak mampu berjalan sendirian di sekitar eskalator Terowongan Muasim II. Lukmanul saya minta memegangi tangan Asiyah yang tak bisa berbahasa Indonesia itu. Saat itu, Asiyah ada tiga rekannya, namun terlihat kelelahan juga, meski bisa berjalan kaki.

Kami akhirnya keluar dari Terowongan Muasim II dan mengantarkan Asiyah dan dua rekannya ke arah menuju tenda maktab. Sedangkan saya dan Lukmanul menuju ke Posko Satgas Mina. Kami beristirahat sejenak. Saya langsung menulis berita, dia mengendarai sepeda motor Astrea 73 untuk mengantarkan jamaah haji yang tersesat. Pada Ahad (5/10) dini hari, kami kembali ke kantor Misi Haji Indonesia.

Hingga hari-hari berikutnya, kami disibukkan dengan tugas masing-masing sampai Selasa (7/10), Lukmanul mengantarkan teman-teman MCH Madinah ke Madinah. Pada Kamis (9/10), Lukmanul dan MCH Madinah ke Jeddah untuk makan siang bersama Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Kamis malam dan Jumat malam, saya dan teman wartawan MCH Madinah dan MCH Jeddah mencari suvenir di Al Balad atau Chornice Commercial Center. Sang driver  Lukmanul yang baik hati ini menjadi pemandu kita untuk berbelanja.

Sabtu (11/10) siang waktu arab saudi (WAS), Lukmanul mengantarkan wartawan MCH Madinah ibadah umrah dan malam harinya kembali lagi ke Hotel Rahhal Al Bahr, Jeddah, tempat menginap wartawan MCH Jeddah dan petugas PPIH Daker Jeddah. Pukul 00.15 WAS, Ahad (12/10), saya, Muhammad Sidik Sisdiyanto (Humas Kemenag) dan Umi Kalsum (wartawan Viva.co.id) masih melihat wajah kelelahan nan pias Lukmanul di sofa kamar 101 hotel tersebut. Kami bertiga kaget ketika mendengar wartawan MCH Madinah hendak kembali ke Madinah dini hari itu, meski sudah kami sarankan untuk berangkat pada Ahad pukul 07.00 pagi WAS.

Hingga akhirnya, kami mendengar kabar duka sekitar pukul 05.30 WAS, Ahad (12/10). Mobil yang membawa rombongan Tim Media Center Haji Indonesia yang Daerah Kerja Madinah mengalami kecelakaan. Rombongan sedang dalam perjalanan pulang dari Jeddah ke Madinah, setelah selesai melaksanakan umrah di Makkah dan sempat beristirahat beberapa jam di Hotel Rahl Al Bahr, Jeddah.
Mulut saya keluh saat mendengar informasi bahwa Lukmanul Hakim Yakub meninggal setelah sampai di RS Bir Aly Madinah. 

Rombongan jurnalis mengalami luka ringan, Idham Sammana (reporter MetroTV) yang sempat dirawat di RS Bir Aly dan jurnalis lain Dodo Murtadlo (Humas Kemenag.go.id), Nur Budi Hariyanto (MetroTV), Iwan Malik (RCTI), Iwan Manaf (RCTI), Dolly Ramadhan (Sindo Trijaya FM), Elvan Dany Sutrisno (Detik.com), Aries Wijaksena (Media Indonesia) dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah.

Di kalangan mukimin, sosok Lukmanul ternyata dikenal supel, dan tak kenal lelah bekerja. Shokri Sobri Rosidi, mukimin bagian akomodasi, mengaku bila Lukmanul gemar menolong sesama baik sesama mukimin maupun teman-teman wartawan dan petugas pelayan haji. "Dia orangnya suka bergaul dan mudah menolong orang lain. Kasihan anak-anak dan istrinya yang ditinggalkan, semoga mereka sabar mendengar ayah dan suaminya wafat dalam tugas," kata dia. 

Shokri menilai kematian Lukmanul di Kota Madinah adalah takdir yang luar biasa, karena wafat saat bertugas dan di salah satu Tanah Suci, Madinah. "Hanya orang pilihan yang bisa wafat di Kota Madinah, apalagi almarhum wafat saat bertugas," jelasnya. Taufik Tomo, supir yang juga mukimin, mengenal kebaikan Lukmanul dalam bertugas. "Orangnya gigih, mas. Suka menolong, dan mudah senyum," tuturnya.

Saya dan seluruh Tim MCH Daker Jeddah dan Makkah ikut berbela sungkawa yang mendalam atas meninggalnya Mas Lukmanul Hakim yang telah setia dan penuh tanggung jawab mengantar Tim Madinah, Semoga Allah mengampuni dosanya dan menerima segala amal baiknya serta memberikan tempat yang paling istimewa di sisi-Nya. Kepada Tim MCH Madinah semoga tetap sabar dan semangat, kalian adalah yang terbaik!!

Ba'da Shalat Dhuhur, Senin (13/10/2014), jazadmu yang ringan saat dibopong ratusan orang perlahan dikuburkan dalam Pemakaman Al-Baqi', sebuah komplek pemakaman dekat Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Tubuh wangimu bersanding dengan jenazah bayi yang belum memiliki dosa, seakan memberikan pesan bahwa sosok bayi itu akan menjadi saksi kebaikannya dalam menghadap Sang Ilahi. Saya iri saat mendengar bahwa engkau berada satu makam dengan Usman bin Affan (Khalifah Rasul yang ketiga), ‘Abbas bin ‘Abd al-Muthallib (paman kandung Nabi Muhammad SAW), dan sebagian dari syuhada yang gugur pada Perang Badar dan Uhud.

Makam itu menjadi saksi keberadaan jasad para istri Nabi seperti Siti ‘Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Salamah, Juwairiyah, Zainab, Hafsah binti Umar ibn al-Khattab, Shafiyah, dan Mariyah al-Qibthiyah. Serta makam putra-putri Nabi Muhammad SAW tercinta, Ibrahim, Zainab, Ummi Kaltsum, Siti Fatimah dan juga cucu Nabi Hasan bin Ali. Juga makam Halimatus Sa’diyah ibu susuan Rasul SAW dan Shafiyah saudara ibu (‘ammah) Rasul SAW Makam salah seorang fukaha terkemuka, Imam Malik bin Anas. 

Sungguh, saya cemburu, sahabatku, Lukmanul. Engkau ternyata orang hebat. Semoga, dirimu tak lagi merana dalam penantian menyambut terlelapnya kelopak matamu. Semoga Allah Azza wa Jalla merahmati dirimu, Lukmanul Hakim Yakub. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jasa Penulisan Buku Annual Report / Laporan Tahunan

Uber, Go-Jek & Keniscayaan Era Digital

PERUSAHAAN WAJIB MENULIS ANNUAL REPORT ATAU LAPORAN TAHUNAN